Apakah si kecil sering mendadak kehilangan fokus dan menjawab ‘huh’ ketika ditanya sesuatu? Jangan dianggap remeh apalagi jika sudah sangat mempengaruhi prestasi di sekolah dan pergaulannya. Terlebih jika anak sering mengeluh soal telinganya, karena bisa jadi anak sedang mengalami gangguan pendengaran. Eits, jangan langsung panik karena ada solusinya. Berikut penuturan dan penjelasan dari Dr. Lynne Lim dari Lynne Lim Ear Nose Throat & Hearing Centre, Singapura.
Definisi Gangguan Pendengaran pada Anak

Sering kali dianggap remeh, makanya kondisi ini kerap tidak terdeteksi. Apalagi terjadinya limpahan cairan di telinga bagian tengah (otitis media with effusion/OME) acap kali hanya dianggap ‘ah, cuma flu atau pilek biasa’, padahal ada kemungkinan si anak mengalami gangguan pendengaran secara fluktuatif (20-50%). Terlebih jika anak tidak mengeluh apa pun dan temperatur badannya normal. Si kecil memang tetap bisa mendengar, tapi sebenarnya kurang akurat. Biasanya mereka tidak bisa mendengar konsonan-konsonan seperti s,k, th, ch. Trus, ketika ditanya hanya menjawab dengan “huh”, ekspresi datar dan kembali asyik menonton tv atau tab.
Baca juga: Alasan kenapa hidung si kecil selalu beringus
Efek Gangguan Pendengaran pada Anak
Faktanya, dibutuhkan waktu satu sampai tiga bulan untuk menyembuhkan OME. Jadi kalau dihitung-hitung, anak yang sering flu (misalnya sampai 4 kali setahun), bisa mengalami gangguan pendengaran hampir sepanjang tahun itu! Asal tahu saja, bahkan ketika hanya mengalami gangguan pendengaran ringan di kedua telinga, bisa mengganggu kemampuan bicara, bahasa, dan kemampuan akademik si kecil. Alhasil, si anak bisa memiliki isu tingkah laku dan sulit fokus.

Jika kondisi ini berlangsung selama bertahun-tahun, si anak bisa mengalami gangguan permanen pada bagian otak pusat yang bertugas memproses suara; kondisi dapat tidak bisa diatasi bahkan ketika gangguan pendengaran diobati. Sering kali kita lupa bahwa saat masih kecil, otak terus berkembang sehingga stimulasi suara yang optimal merupakan sesuatu yang krusial. Apa yang terjadi jika stimulasi suara ala kadarnya bahkan absen? Area suara pada otak akan diambil alih oleh “pihak” lain seperti penglihatan, indera perasa, dsb. Lalu, sistem pendengaran pun menjadi kencang, dan fungsi kognitif serta daya ingat pun terganggu.
Solusi: Apa yang Orangtua Bisa Lakukan?
Ingat mantra ini: semakin cepat diobati, kemungkinan sistem pendengaran dan bicara membaik pun semakin besar.

Pertama-tama anak harus menjalani tes pendengaran yang dilakukan oleh ahli audiologi yang berpengalaman; ini mencegah terjadinya kesalahan diagnosa. Pastinya, tes harus lebih dari 5 menit. Terlebih jika hasil tes awal masih diragukan maka seharusnya dilakukan tes auditory brainwave response (ABR) yang berlangsung selama dua jam di klinik.
Patut diingat bahwa bahkan ketika hasil tes pendengaran awal normal, beberapa anak belum tentu bisa mendengar dengan baik. Contohnya apabila si kecil mengalami yang namanya Auditory Neuropathy, and Central Auditory Processing Disorder (CAPD)—suara terdengar normal tapi ada gangguan saat ditransmisikan dan dicerna di otak. Sayang sih, meski kedua tes ini sangat penting tapi kondisi ini masih sangat asing di Indonesia karena kurangnya kesadaran masyarakat.

Setelah segala tes dan hasil ditetapkan, seorang anak bisa jadi butuh mengenakan alat bantu dengar. Kabar gembiranya, sekarang alat ini bisa dipasang sejak bayi berusia dua bulan. Sementara pada anak yang mengalami ketulian total di kedua telinga, hidup mereka bisa berjalan normal asalkan operasi implan koklea dilakukan sejak dini. Dan bagaimana jika si kecil didiagnosa dengan gangguan pendengaran hanya pada satu telinga? Atau atresia, yakni kondisi saluran telinga luar tidak sempurna saat lahir? Pilihannya bisa berupa menggunakan alat bantu dengar, atau implan pendengaran pada telinga bagian tengah atau tulang telinga.
Untuk selalu diingat bahwa alat bantu dengar harus dipasang oleh ahli dan disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya; jadi tidak bisa dibeli di sembarang tempat!
Baca juga: Tips memiliki gaya hidup sehat.
Kesimpulannya adalah…
Tidak hanya gangguan pendengaran—saluran udara yang tersumbat, kelelahan, attention deficit disorder (ADD), hypothyroidism (kelenjar tiroid memproduksi hanya sedikit beberapa hormon-hormon tertentu) learning disability, depresi, rasa cemas berlebih atau stres, juga bisa membuat anak sulit fokus dan tidak attentif. Namun kabar bagusnya, gangguan pendengaran bisa diobati sehingga si kecil pun tetap bisa bermain dan tumbuh optimal.

Sekilas Tentang Dr. Lynne Lim
Dr. Lynne Lim adalah seorang Adjunct Associate Professor dan Konsultan Senior ENT Senior ENT di Lynne Lim Ear Nose Throat & Hearing Centre. Dia Memperoleh gelar MBBS dari NUS Singapore, FRCS ENT dari Edinburgh, MPH dari Harvard dan pernah bekerja di Cincinnati Children Hospital Medical Centre USA, Stanford MC, University of Virginia MC, dan Nagata Plastic & Ear Reconstruction Clinic. Lynne Lim Ear Nose Throat & Hearing Centre menangani anak-anak dan orang dewasa yang mengalami kondisi seperti rinosinusitis, rinitis alergi, mendengkur, masalah pada tenggorokan dan leher. Klinik ini juga mendapat pengakuan internasional berkaitan dengan keahliannya dalam mengobati kondisi-kondisi yang berhubungan telinga, tenggorokan, hidung pada anak (melakukan operasi perbaikan telinga pada anak dan orang tua, pemasangan alat bantu dengar, implantasi koklea, implantasi tulang dan telinga bagian tengah, CPAD, dan microatia-atresia). Juga tersedia tes pendengaran dan alergi.
Info lebih lanjut, hubungi:
Lynne Lim Ear Nose Throat & Hearing Centre
Alamat: #17-07 Mount Elizabeth Medical Centre (Orchard), 3 Mount Elizabeth, Singapore 228510
Telp: +65-6737 7787
Email: enquiry@drlynnelim.com
SMS Appointment: (65) 9138 6522
Informasi ini sangat membantu ‘kan? Untuk mendapatkan informasi seputar kesehatan yang berguna untuk kamu dan anggota keluarga, pastikan selalu membaca majalah digital SGB! Kamu hanya perlu klik di sini!