Mengapa saya ke Singapura?

Bersama Megan #SGB_Team
Salah satu goal saya sebelum umur 25 adalah solo traveling. Maka dari itu saya memberanikan diri dan menyisihkan waktu saya pada bulan Januari lalu untuk pergi sendiri ke Singapore. Takut? Tidak sama sekali! Saya malah bersemangat untuk dapat menginjakan kaki saya ke tanah Singapura setelah 12 tahun lamanya tidak ke sana.

Di depan National Gallery Singapore
Kesan Pertama
Saya berangkat tanggal 15 Januari hingga 20 Januari. Selama kurang lebih 5 hari di Singapura, saya benar-benar mengandalkan diri saya sendiri. Karena sudah 12 tahun tidak ke Singapura, pastinya saya sudah lupa semua seperti apa itu naik MRT, berurusan dengan imigrasi, mengganti sim card dan lain-lain. Semuanya pasti sudah berbeda. Sekarang, saya harus memulai dari awal lagi untuk mengenal Singapura.

Salah satu mural di Chinatown
Tersesat di Singapura?
Setiap hari di Singapura adalah petualangan! Tersesat itu sudah pasti! Tetapi itulah yang seru. Di saat saya tersesat, saya malah menemukan hal-hal dan tempat-tempat yang tidak terduga. Seperti saya menemukan mural yang begitu indah di salah satu dinding atau menemukan pernak-pernik yang beda dari yang lain. Jadi saya mengikuti kemanapun kaki saya melangkah. Baru kali ini saya senang tersesat dan merasa sangat aman.

Old Hill Police Station dari dalam
Bayangkan betapa indahnya hidup di Singapura ini. Kemana-mana sangat dekat dan cepat sampai. Orang-orangnya juga ramah dan menyenangkan. Budaya, agama dan ras yang berbeda-beda tinggal jadi satu dengan damai. Saya juga mendapat teman dari negara lainnya yang sangat ramah. Seperti inilah kota yang ingin saya tinggali!

Di dalam Marina Bay Sands
Warga Singapura yang baik
Yang saya kagumi dari masyarakatnya adalah cara mereka menghargai sesama, memiliki self-control, tidak egois dan menghargai hal-hal kecil yang mungkin tidak terlihat orang lain. Singapura membuat saya menyadari bahwa masih banyak orang-orang baik. Ada beberapa habit di Singapura yang saya terapkan saat kembali ke Indonesia seperti membereskan makanan saya setelah makan.

di kawasan Ann Siang Hill
Refleksi liburan
Solo traveling mengubah hidup saya itu benar adanya. Sebenarnya sering kali kita terlalu sibuk dengan orang-orang disekeliling kita, kita lupa untuk mendengarkan hati dan pikiran kita sendiri. Itulah yang saya rasakan disetiap langkah kaki saya untuk menjelajahi Singapura. Saya mengenal diri saya lebih dalam lagi dengan mendengarkan apa yang ada di kepala dan hati saya. Terima kasih, Singapura! Singapore is a part of me now.
Every time I see the pictures that I took, I felt a familiar feeling like “I have been there” and “I know how to get there”. It feels like home.

Tiong Bahru Bakery